Senin, 09 Maret 2015

#1 Problematika Remaja Tanggung



Hari ini entah kenapa, ingin sekali membahas satu fenomena yang menjadi tren anak remaja berseragam putih biru dan putih abu-abu, bahkan parahnya yang masih putih merah.

“Fenomena pacaran”

Mengingat status saya yang sudah resmi menjadi mahasiswa sejak 6 bulan terakhir, tentu saja saya sudah menganggap diri sendiri sebagai non remaja lagi. Jadi, sah-sah saja rasanya jika saya kini memandang dunia remaja dan fenomena pacaran melalui sudut pandang dewasa awal.

Pertanyaan besarnya kenapa saya tertarik untuk membahas mengenai pacaran sementara saya sebagai seorang muslimah sudah cukup paham jika pacaran itu tidak ada Islam? Jawabannya sederhana saja, sih. Karena meskipun sudah jelas fenomena ini dilarang agama dan bahkan sudah terbit buku yang terang-terangan mengancam para jiwa muda yang dimabuk asmara, masih banyak saja tuh remaja kita yang melenggang dengan bangganya bersama sang pacar. Duh, Dek...

Sering saya temui remaja tanggung di mall, berduaan dengan lawan jenis. Entah hanya jalan-jalan melepas penat setelah “lelah seharian di sekolah” (kalau capek sekolah, terus mau ngapain, Dek?), menonton bioskop, makan di cafe atau numpang selfie bareng pacar biar eksis terus upload di semua sosial media yang dimiliki. (ups, hihihi). Kita yang mahasiswa saja mau nonton bioskop apalagi makan di cafe harus mikir seratus kali, lho. Ini bukan hanya membayar untuk diri sendiri, tapi sekalian traktir pacar. (Duh, itu dompet nggak takut bolong? :D)

Saya senyam-senyum sendiri kalau melihat mereka berangkulan, bergandengan atau tatap-tatapan mesra sambil sayang-sayangan. Bukan iri atau apa, tapi jadi mikir sendiri. Udah pada pintar di sekolah atau cari uang ya, sampai berani beradegan yang seharusnya dilakukan setelah mendapatkan ijabsyah (?)

Mungkin dalam pembahasan kali ini saya tidak ingin banyak menyinggung soal hukumnya dalam agama kita, karena saya merasa ada yang lebih jago dalam hal tersebut.

Oke, bicara soal fenomena pacaran, sebenarnya hal yang membuat saya bingung adalah alasan yang diberikan oleh para remaja, mengapa mereka berpacaran. Biasanya paling banyak sih menganggap pacaran itu menjadi motivasi sekolah. Hmm... kedengarannya menarik. Tapi kita coba lihat cuplikan yang satu ini:

*Awal masuk kelas 3 SMA*
Cowok: Kamu mau nggak jadi pacar aku?
Cewek: (malu-malu) Iya, aku mau
Lantas keduanya resmi jadian dan membuat dunia seolah hanya milik berdua. Kemana-mana sama-sama. Dimulailah panggilan sayang dan lain sebagainya. Tapi...

*Menjelang Ujian Nasional*
Cewek: Aku mau kita putus
Cowok: Lho, kenapa, Sayang? Aku salah apa?
Cewek: Aku nggak mau nilai ujianku jelek gara-gara kita pacaran. Aku mau fokus ujian dulu.
Jedeeeer!!!! Akhirnya hubungan tersebut kandas di tengah jalan.

Ini adalah salah satu problematika yang sering kali terjadi di kalangan pelajar SMA. Yang tadinya setuju untuk menjalani hubungan tiba-tiba mengakhiri secara sepihak karena nilai turun atau ingin fokus studi dulu. Duh Dek, dari kemarin kemana aja? Kalau mau berenang, ya jangan takut basah dong. Sudah tahu bakalan menghadapi ujian, tapi kok masih nekad aja pacaran.

Apakah ini yang dinamakan motivasi belajar? Tidak jarang kan, kita temui pasangan yang bertengkar malam harinya, kemudian tidak bisa konsentrasi belajar padahal esok harinya ada ulangan atau kuis. Alhasil nilai jelek dan orangtua bisa apa selain mempertanyakan tanggung jawab atas nilai tersebut?

Tidak ada yang bisa menjamin 100 persen bahwa pacaran itu menjadi vitamin terbaik dalam menjalankan studi baik sekolah maupun kuliah. Kalau memang butuh asupan tambahan dalam penyemangat, bisa saja melalui orangtua. Mereka tidak akan menjerumuskan kita, justru dari merekalah kita bisa berhasil. Doa orangtualah yang membawa kita menuju kesuksesan. Jenuh karena aktivitas yang monoton di sekolah atau kampus? kita masih punya sahabat yang baik, yang setia mendengarkan keluh kesah kita dan membuat pikiran kita menjadi segar lagi karena bercanda dan tertawa bersama.

See? Kita punya banyak pilihan.

Mengapa harus berdua jika sendiri saja jauh lebih keren? Jangan iri melihat mereka yang masih berseragam putih abu-abu atau masih kuliah dan sudah memiliki kekasih namun belum bisa menghidupi diri apalagi membawa hubungan itu ke jenjang yang lebih serius. Tidak ada yang bisa menjamin hubungan pacaran itu bisa bertahan ke jenjang pernikahan, kok.

Kita boleh iri pada mereka yang masih muda, tapi sudah sukses dan siap membawa seseorang yang mereka cintai ke jenjang pernikahan tanpa jalan maksiat alias pacaran. Dengan itu, kita akan semangat mencapai impian kita, mendulang kesuksesan dalam karir dan juga percintaan. Kemudian membangun rumah tangga yang diridhoi orangtua juga Allah swt. Bahagia mana, coba? :D

So, masih kesindir sama truk yang gandengan? Ah, buat apa gandengan, toh mobil balap F1 melesat sendiri lebih keren, kok!:D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar