Hari ini
entah kenapa, ingin sekali membahas satu fenomena yang menjadi tren anak remaja berseragam putih biru
dan putih abu-abu, bahkan parahnya yang masih putih merah.
“Fenomena
pacaran”
Mengingat
status saya yang sudah resmi menjadi mahasiswa sejak 6 bulan terakhir, tentu
saja saya sudah menganggap diri sendiri sebagai non remaja lagi. Jadi, sah-sah
saja rasanya jika saya kini memandang dunia remaja dan fenomena pacaran melalui
sudut pandang dewasa awal.
Pertanyaan
besarnya kenapa saya tertarik untuk membahas mengenai pacaran sementara saya
sebagai seorang muslimah sudah cukup paham jika pacaran itu tidak ada Islam?
Jawabannya sederhana saja, sih. Karena meskipun sudah jelas fenomena ini
dilarang agama dan bahkan sudah terbit buku yang terang-terangan mengancam para
jiwa muda yang dimabuk asmara, masih banyak saja tuh remaja kita yang
melenggang dengan bangganya bersama sang pacar. Duh, Dek...
Sering
saya temui remaja tanggung di mall,
berduaan dengan lawan jenis. Entah hanya jalan-jalan melepas penat setelah “lelah
seharian di sekolah” (kalau capek
sekolah, terus mau ngapain, Dek?), menonton bioskop, makan di cafe atau numpang selfie bareng pacar biar eksis terus upload di semua sosial media yang
dimiliki. (ups, hihihi). Kita yang
mahasiswa saja mau nonton bioskop apalagi makan di cafe harus
mikir seratus kali, lho. Ini bukan hanya membayar untuk diri sendiri, tapi
sekalian traktir pacar. (Duh, itu dompet nggak takut bolong? :D)
Saya
senyam-senyum sendiri kalau melihat mereka berangkulan, bergandengan atau
tatap-tatapan mesra sambil sayang-sayangan. Bukan iri atau apa, tapi jadi mikir
sendiri. Udah pada pintar di sekolah atau cari uang ya, sampai berani beradegan
yang seharusnya dilakukan setelah mendapatkan ijabsyah (?)
Mungkin
dalam pembahasan kali ini saya tidak ingin banyak menyinggung soal hukumnya
dalam agama kita, karena saya merasa ada yang lebih jago dalam hal tersebut.
Oke, bicara
soal fenomena pacaran, sebenarnya hal yang membuat saya bingung adalah alasan
yang diberikan oleh para remaja, mengapa mereka berpacaran. Biasanya paling
banyak sih menganggap pacaran itu
menjadi motivasi sekolah. Hmm... kedengarannya menarik. Tapi kita coba lihat
cuplikan yang satu ini:
*Awal masuk kelas 3 SMA*
Cowok: Kamu mau nggak jadi pacar aku?
Cewek: (malu-malu) Iya, aku mau
Lantas keduanya resmi jadian dan
membuat dunia seolah hanya milik berdua. Kemana-mana sama-sama. Dimulailah panggilan
sayang dan lain sebagainya. Tapi...
*Menjelang Ujian Nasional*
Cewek: Aku mau kita putus
Cowok: Lho, kenapa, Sayang? Aku salah
apa?
Cewek: Aku nggak mau nilai ujianku
jelek gara-gara kita pacaran. Aku mau fokus ujian dulu.
Jedeeeer!!!! Akhirnya hubungan
tersebut kandas di tengah jalan.
Ini adalah
salah satu problematika yang sering kali terjadi di kalangan pelajar SMA. Yang
tadinya setuju untuk menjalani hubungan tiba-tiba mengakhiri secara sepihak
karena nilai turun atau ingin fokus studi dulu. Duh Dek, dari kemarin kemana aja? Kalau mau berenang, ya jangan
takut basah dong. Sudah tahu bakalan menghadapi ujian, tapi kok masih nekad aja
pacaran.
Apakah ini
yang dinamakan motivasi belajar? Tidak jarang kan, kita temui pasangan yang
bertengkar malam harinya, kemudian tidak bisa konsentrasi belajar padahal esok
harinya ada ulangan atau kuis. Alhasil nilai jelek dan orangtua bisa apa selain
mempertanyakan tanggung jawab atas nilai tersebut?
Tidak ada
yang bisa menjamin 100 persen bahwa pacaran itu menjadi vitamin terbaik dalam
menjalankan studi baik sekolah maupun kuliah. Kalau memang butuh asupan
tambahan dalam penyemangat, bisa saja melalui orangtua. Mereka tidak akan
menjerumuskan kita, justru dari merekalah kita bisa berhasil. Doa orangtualah
yang membawa kita menuju kesuksesan. Jenuh karena aktivitas yang monoton di
sekolah atau kampus? kita masih punya sahabat yang baik, yang setia
mendengarkan keluh kesah kita dan membuat pikiran kita menjadi segar lagi
karena bercanda dan tertawa bersama.
See? Kita punya banyak pilihan.
Mengapa
harus berdua jika sendiri saja jauh lebih keren? Jangan iri melihat mereka yang
masih berseragam putih abu-abu atau masih kuliah dan sudah memiliki kekasih
namun belum bisa menghidupi diri apalagi membawa hubungan itu ke jenjang yang
lebih serius. Tidak ada yang bisa menjamin hubungan pacaran itu bisa bertahan
ke jenjang pernikahan, kok.
Kita boleh
iri pada mereka yang masih muda, tapi sudah sukses dan siap membawa seseorang
yang mereka cintai ke jenjang pernikahan tanpa jalan maksiat alias pacaran. Dengan itu, kita akan semangat mencapai impian kita, mendulang kesuksesan dalam karir dan juga percintaan. Kemudian membangun rumah tangga yang diridhoi orangtua juga Allah swt. Bahagia mana, coba? :D
So, masih kesindir sama truk yang
gandengan? Ah, buat apa gandengan, toh mobil balap F1 melesat sendiri lebih
keren, kok!:D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar