Entah apa yang saat ini berdesakan di dalam dada dan raga. Semua yang dulu berjalan senada kini saling bertabrakan.
Bingung. Aku benar-benar bingung saat ini, kau tahu?
Kau terbingkai indah di dalam otak dan bersinar di dalam hati. Tapi kenapa sekarang hati dan pikiranku justru menolak? Semua perasaan, semua keinginan untuk melihatmu, memikirkanmu justru menghilang begitu saja. Kini, melihatmu di ponselku tak lagi menjadi pelipur lara dan gundah. Rasanya hambar.
Entahlah. Aku bingung.
Aku tidak tahu apa ini namanya.
Entah juga kepada siapa aku harus menceritakan dan menumpahkan semuanya.
Kita sudah lama tidak bertemu, kan? Mungkinkah itu penyebabnya? Mungkinkah karena sudah lama tidak melihatmu, keyakinan dan kesetiaanku padamu berkurang?
Jika kamu menyangka ini karena adanya orang lain, aku dengan lantang menjawab. Tidak pernah. Tidak pernah ada laki-laki lain yang menggantikanmu.
Aku tidak sedang menyukai orang lain, namun aku juga tidak bisa menyukaimu.
Entalah. Aku bingung.
Rasanya ingin melepaskan rasa sesak dalam dada yang beberapa hari ini mengangguku. Aku rindu perasaanku padamu yang dulu. Aku ingin kembali setia menunggumu. Berharap kamu akan datang. Berharap kita bisa berhadapan sekali lagi. Meskipun tidak mengatakan apa apa, sudahlah. Tidak penting bagiku.
Mungkin ini lagi lagi pikiran dan perasaan egoisku. Mungkin aku hanya ingin memastikan apakah rasa itu masih ada padaku?
Sewaktu kamu mengunggah salah satu fotomu bersama dua temanmu, tepat beberapa jam di hari yang sama ketika aku menggunggah foto dengan tulisan yang kutujukan untukmu, lagi lagi aku merasa di atas angin. Sudah kedua kalinya kamu menggunggah foto tepat setelahku. Ini kembali membuatku bingung, kau tahu?
AKu tak pernah rela melepaskanmu, tapi sejujurnya hatiku pun tak lagi merasakan apapun padamu.
Aku merasa hampa, kosong. Seperti mayat hidup karna sudah mati rasa.
Kau kaget ya, membaca suratku kali ini?
Atau kau malah senang karena akhirnya terbebeas dari perasaanku padamu? Kau jadi tak perlu repot repot memberitahuku agar berhenti menyukaimu, kan? Kau tidak perlu merasa tidak enak lagi padaku apalagi merasa kasihan padaku karena tidak punya rasa yang sama.
Kau boleh bernapas lega, kok.
Kau tahu? menyukaimu dan tidak lagi menyukaimu saat ini... sama sama menyakitkan bagiku. Aku bingung. Aku ingin menghapus semua wajahmu, senyummu, baik di kepala, hati maupun ponsel. Namun setiap kali membuka folder di masing masing tempat itu, aku selalu mengurungkan niatku. Aku berpikir lagi, didukung oleh hati. Bagaimana jika nanti aku rindu? Bagaimana jika rasa ini hanya rasa lelah saja? Bagaimana kalau nanti semua perasaan itu kembali? Bagaimana jika kamu berubah pikiran dan berlari mengejarku?
Ah, pede sekali aku, ya? Kamu pasti tertawa membacanya karena aku yang terlampau percaya diri.
Ini yang terus membuatku bingung.
Apakah aku harus diam atau berlari.
Apakah aku harus melepaskan atau bertahan.
Apakah aku harus tetap menyukaimu atau tidak.
Apakah aku harus tetap memaksa diriku untukmu?
Aku katakan padamu, tidak ada orang lain. Bukan itu masalahnya. Aku juga tidak tahu kenapa.
Bukankah jodoh selalu mudah jalannya? Jika terlihat dan terasa sulit, maka dia bukan jodohmu? Begitu, kan? Lantas apa namanya kita ini? Apakah aku salah menilai jalan ini terasa sulit, padahal sebenarnya kita tinggal bersabar dan menunggu waktu yang tepat saja, sampai tirai itu terbuka dan membiarkan kita berhadapan?
Dimana kau sekarang? Jauhkah dari tempatku berdiri saat ini?
Dimana kau skearang? Aku bahkan tak lagi bisa melihatmu.
Aku bingung sekali.